Dalam Rapat Pemerhati
Perkaretan Nasional di Kementrian Perdagangan, tanggal 4 Februari 2015
disampaikan rumusan sebagai berikut: Indonesia merupakan negara pemasok
alam terbesar ke-2 ke pasar dunia. Tahun 2013, total produksi karet
nasional mencapai 3,2 juta ton yang menyumbang devisa nasional sebesar
USD 6,9 juta. Sekitar 85% produksi karet nasional ini dihasilkan oleh
kebun rakyat yang menjadi tulang punggung bagi 2 juta kepala keluarga
atau sekitar 10 juta jiwa. Dalam 3 tahun terakhir harga karet alam di
pasar dunia mengalami kontraksi yangluar biasa yaitu mencapai 73,5% dari
USD 5,28/kg (2011) menjadi USD 1,4/kg (Januari 2015). Kondisi tersebut
tentu saja sangat memukul produsen karet nasional khususnya petani
karet dan mengancam kesejahteraan 10 jiwa yang menggantungkan hidupnya
dari komoditi karet.
Untuk Info Training, in House Training, Konsultansi, Membangun Sistem (ISPO, ISO Series, OHSAS, SMK3), Kajian, Pendampingan serta Modul untuk Perbaikan dan Peningkatan Kinerja unit di Perusahaan silahkan kirim email alamat berikut: trainingperkebunan@gmail.com
Selasa, 03 Maret 2015
SEKILAS PENELITIAN KERING ALUR SADAP : 1919 – 2006
Pendapat
yang menyatakan bahwa (kering alur sadap) KAS disebabkan oleh patologi
pertama kali mencuat ketika A. Sharples (1936) menulis artikel pada “Disease and Pests of the Rubber Tree” (hal 229-265) berjudul Brown Bast. Lalu O.S. Perries dan Y.E.M. Brohier (1965) dalam Nature 205 halaman 624 menulis “A virus as causal agent of bark cracking in Hevea brasiliensis”.
Kedua tulisan itulah merupakan sumber pustaka pertama yang menyatakan
KAS disebabkan patogen. Meskipun mereka melaporkan adanya kulit yang
pecah pada tanaman karet muda, tetapi fakta menunjukkan bahwa pecahnya
kulit itu tidak ada hubungannya dengan KAS yang disebabkan oleh
penyadapan. Bark Necrosis (BN) yang menginduksi KAS pertama kali
dilaporkan di Pantai Gading pada tahun 1980, yang kelihatannya berbeda
patologinya dengan BN yang disebabkan Fusarium, penyakit yang lazim di Indonesia sebagaimana dilaporkan Soepena (1992) (Bark
necrosis relating to tapping panel dryness). Proced.IRRDB Joint Meeting
Breeders, Pathology Physyiology and Exploitation Group. Jakarta.p.72-76).
MENGAPA AGRIBISNIS KARET MALAYSIA TETAP MENGGAIRAHKAN?
Malaysia merupakan penghasil
karet alam sekaligus eksportir produk jadi karet alam yang berkualitas.
Sebagai negara penghasil karet alam no.3 di dunia, pada tahun 2012
produksi karet alam dan karet sintetis Malaysia adalah 26,47 juta ton
dan 97 persen diolah sendiri dan selebihnya diekspor. Tiga persen
ekspor tersebut atau sebesar 600.000 ton merupakan kombinasi antara
karet alam dan karet sintetis yaitu karet alam 460.000 ton dan karet
sintetis sebanyak 140.000 ton. Data tersebut menunjukkan bahwa untuk
tetap eksis pada agribisnis karet alam maka negara penghasil karet harus
mampu menjadi produsen produk barang jadi karet dan tidak menjual
produk setengah jadi.
Sebenarnya kebijakan untuk tidak menjual
produk setengah jadi sudah dilakukan di beberapa negara penghasil
karet. India merupakan salah satu negara yang berhasil bertahan dalam
bisnis karet alam ditengah anjloknya harga. Hampir seluruh produksi
karet alam India diolah langsung oleh negara tersebut. Sebagai salah
satu negara penghasil karet alam, India mampu menyelamatkan harga karet
alam di negaranya dengan meningkatkan peranan home industry untuk memproduksi barang jadi karet. Dampaknya harga karet nasional di India lebih tinggi 20% dibanding harga karet dunia.
Harga Karet Ikuti Lesunya Harga Minyak Namun Berpotensi Rebound
Vibiznews - Pada perdagangan di bursa komoditas Tokyo Selasa pagi ini harga karet berjangka tampak mengalami penurunan setelah berhasil mempertahankan rally selama empat sesi berturut-turut sebelumnya (3/3).
Langganan:
Postingan (Atom)