Dalam Rapat Pemerhati
Perkaretan Nasional di Kementrian Perdagangan, tanggal 4 Februari 2015
disampaikan rumusan sebagai berikut: Indonesia merupakan negara pemasok
alam terbesar ke-2 ke pasar dunia. Tahun 2013, total produksi karet
nasional mencapai 3,2 juta ton yang menyumbang devisa nasional sebesar
USD 6,9 juta. Sekitar 85% produksi karet nasional ini dihasilkan oleh
kebun rakyat yang menjadi tulang punggung bagi 2 juta kepala keluarga
atau sekitar 10 juta jiwa. Dalam 3 tahun terakhir harga karet alam di
pasar dunia mengalami kontraksi yangluar biasa yaitu mencapai 73,5% dari
USD 5,28/kg (2011) menjadi USD 1,4/kg (Januari 2015). Kondisi tersebut
tentu saja sangat memukul produsen karet nasional khususnya petani
karet dan mengancam kesejahteraan 10 jiwa yang menggantungkan hidupnya
dari komoditi karet.
Menyikapi kondisi tersebut,
Pemerintah Pusat telah menyiapkan program untuk mendorong penyerapan
karet alam di dalam negeri secara masif, dengan mengembangkan industri
pengolahan karet alam di dalam yang mendukung pembangunan infrastruktur
nasional dengan target penyerapan pasar sebesar 320.000 ton/tahun.
Melalui program tersebut diyakini mampu mengoreksi harga karet alam di
pasar dunia sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani karet nasional.
Beberapa pilot project
infrastruktur yang tengah disiapkan antara lain pembangunan dan
pemeliharaan sarana jalan raya yang akan menyerap 60 ribu ton/tahun,
program tol laut berupa pembangunan dan perbaikan dermaga yang akan
menyerap 15 ribu ton/tahun serta pembangunan dan bendungan karet untuk
pengendali banjir yang akan menyerap sekitar 10 ribu ton/tahun. Selain
itu karet alam dapat juga digunakan menjadi bahan baku konstruksi
seperti rubberpads untuk kereta api, elastomer jembatan kereta api, cow mat, genteng karet, bearing bangunan gedung, paving block,
penguat tebing, ban vulkanisir dan lain sebagainya. Dalam upaya
mendukung kedaulatan pangan, pemerintah juga memprogramkan pembangunan
infrastruktur yang menjamin ketersediaan air dengan pemanfaatan karet
untuk puluhan bendung karet dan ribuan pintu irigasi yang diperkirakan
membutuhkan sekitar 40 ribu ton/tahun.
Pemanfaatan karet alam juga
diarahkan untuk mendukung pembangu-nan infrastruktur nasional yang ramah
lingkungan, mengingat tanaman karet dapat menyerap polusi CO2 di udara sekitar 35 ton/ha/tahun setara dengan 35 carbon credit
dan menghasilkan oksigen sekitar 23 ton/ha/tahun yang dibutuhkan tidak
hanya oleh masyarakat tapi juga oleh semua makhluk hidup. Untuk
menjalankan program tersebut pemerintah secara aktif menggandeng para
pelaku industri dan produsen bahan baku karet yang tergabung dalam
GAPKINDO dan DEKARINDO.
Selain itu pengembangan industri karet nasional juga akan menggerakan beberapa industri lain seperti filler karet dari karbon aktif. Biomasa yang melimpah merupakan potensi yang sangat besar untuk pengembangan filler
ini. Sebut saja limbah replanting perkebunan karet yang menyisakan
tunggul-tunggul kayu karet yang selama ini hanya ditumpuk di sudut
perkebunan dan menjadi inang bagi penyakit tanaman. Cangkang kelapa
sawit juga masih banyak yang belum dimanfaatkan. Tekhnologi untuk
membuat arang aktif sudah tersedia, sehingga Pemerintah tinggal
mendorong dengan memberikan beberapa insentif agar industri ini terpacu
(adm).
http://balitsp.com