Untuk Info Training, in House Training, Konsultansi, Membangun Sistem (ISPO, ISO Series, OHSAS, SMK3), Kajian, Pendampingan serta Modul untuk Perbaikan dan Peningkatan Kinerja unit di Perusahaan silahkan kirim email alamat berikut: trainingperkebunan@gmail.com

Selasa, 03 Maret 2015

Pemanfaatan Karet Domestik Untuk Mendukung Pembangunan Infrastruktur

    Dalam Rapat Pemerhati Perkaretan Nasional di Kementrian Perdagangan, tanggal 4 Februari 2015 disampaikan rumusan sebagai berikut:  Indonesia merupakan negara pemasok alam terbesar ke-2 ke pasar dunia. Tahun 2013, total produksi karet nasional mencapai 3,2 juta ton yang menyumbang devisa nasional sebesar USD 6,9 juta. Sekitar 85% produksi karet nasional ini dihasilkan oleh kebun rakyat yang menjadi tulang punggung bagi 2 juta kepala keluarga atau sekitar 10 juta jiwa. Dalam 3 tahun terakhir harga karet alam di pasar dunia mengalami kontraksi yangluar biasa yaitu mencapai 73,5% dari USD 5,28/kg (2011) menjadi USD 1,4/kg (Januari 2015). Kondisi  tersebut tentu saja sangat memukul produsen karet nasional khususnya petani karet dan mengancam kesejahteraan 10 jiwa yang menggantungkan hidupnya dari komoditi karet.

 
    Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Pusat telah menyiapkan program untuk mendorong penyerapan karet alam di dalam negeri secara masif, dengan mengembangkan industri pengolahan karet alam di dalam yang mendukung pembangunan infrastruktur nasional dengan target penyerapan pasar sebesar 320.000 ton/tahun. Melalui program tersebut diyakini mampu mengoreksi harga karet alam di pasar dunia sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani karet nasional.
            Beberapa pilot project infrastruktur yang tengah disiapkan antara lain pembangunan dan pemeliharaan sarana jalan raya yang akan menyerap 60 ribu ton/tahun, program tol laut berupa pembangunan dan perbaikan dermaga yang akan menyerap 15 ribu ton/tahun serta pembangunan dan bendungan karet untuk pengendali banjir yang akan menyerap sekitar 10 ribu ton/tahun. Selain itu karet alam dapat juga digunakan menjadi bahan baku konstruksi seperti rubberpads untuk kereta api, elastomer jembatan kereta api, cow mat, genteng karet, bearing bangunan gedung, paving block, penguat tebing, ban vulkanisir dan lain sebagainya. Dalam upaya mendukung kedaulatan pangan, pemerintah juga memprogramkan pembangunan infrastruktur yang menjamin ketersediaan air dengan pemanfaatan karet untuk puluhan bendung karet dan ribuan pintu irigasi yang diperkirakan membutuhkan sekitar 40 ribu ton/tahun.
        Pemanfaatan karet alam juga diarahkan untuk mendukung pembangu-nan infrastruktur nasional yang ramah lingkungan, mengingat tanaman karet dapat menyerap polusi CO2 di udara sekitar 35 ton/ha/tahun setara dengan 35 carbon credit dan menghasilkan oksigen sekitar 23 ton/ha/tahun yang dibutuhkan tidak hanya oleh masyarakat tapi juga oleh semua makhluk hidup. Untuk menjalankan program tersebut pemerintah secara aktif menggandeng para pelaku industri dan produsen bahan baku karet yang tergabung dalam GAPKINDO dan DEKARINDO.
       Selain itu pengembangan industri karet nasional juga akan menggerakan beberapa industri lain seperti  filler karet dari karbon aktif. Biomasa yang melimpah merupakan potensi yang sangat besar untuk pengembangan filler ini. Sebut saja limbah replanting perkebunan karet yang menyisakan tunggul-tunggul kayu karet yang selama ini hanya ditumpuk di sudut perkebunan dan menjadi inang bagi penyakit tanaman. Cangkang kelapa sawit juga masih banyak yang belum dimanfaatkan. Tekhnologi untuk membuat arang aktif sudah tersedia, sehingga Pemerintah tinggal mendorong dengan memberikan beberapa insentif agar industri ini terpacu (adm).
http://balitsp.com